by kompasiana
Karangan Bunga
Karya : Taufiq Ismail, Tirani, 1966
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke salemba
Sore itu.
Ini dari kami bertiga
Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
Siang tadi
Gambar kumpulan puisi “Tirani dan Benteng”
Puisi Karangan Bunga adalah puisi karya
Taufiq Ismail yang ditulis tahun 1966 dalam kumpulan puisi Tirani dan
Benteng, pada saat munculnya gerakan mahasiswa yang menentang kekuasaan
orde lama pimpinan Soekarno. Taufiq Ismail sendiri dikenal sebagai
akademisi yang juga seorang aktivis. Beliau pernah menjadi aktivis PII
(Pelajar Islam Indonesia) dan Ketua Senat Mahasiswa FKHP-UI Bogor
(sekarang IPB). Dalam perjalannya Taufiq Ismail adalah seorang sastrawan
angkatan ’66 yang lekat dengan semangat pergerakannya. Salah satunya
adalah ‘Karangan Bunga’ yang dilatarbelakangi oleh demonstrasi mahasiswa
tahun 1966 yang berakhir pada turunnya Soekarno sebagai presiden
melalui Surat Perintah Sebelas Maret yang ditafsirkan oleh Soeharto
untuk mengambil pucuk kepemimpinan Negara dan mencegah terjadinya vacuum of power.
Demontrasi mahasiswa pada tahun 1966 adalah
puncak reaksi mahasiswa terhadap kepemimpinan orde lama yang dianggap
sudah menyimpang dan dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah masalah
besar seperti inflasi harga kebutuhan pokok dan pemberantasan PKI. Pada
tahun 1966 akhirnya mahasiswa yang tergabung dalam berbagai golongan
seperti KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), GMNI (Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia), Gemsos (Gerakan Mahasiswa Sosialis) dan
masih banyak lagi seperti HMII, GMKI dan HMI turun ke jalan untuk
melakukan aksi protes terhadap pemerintahan Orde Lama pada saat itu.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya rasa
kepemilikan secara utuh dari para mahasiswa terhadap NKRI yang
ditunjukkan dari reaksi mahasiswa yang berbentuk aksi dan demonstrasi
terhadap pemerintahan Indonesia dibawah orde lama yang dianggap sudah
tidak relevan untuk berkuasa di Indonesia. Dalam perjalanannya menuju
perubahan, jelas banyak sekali tantangan dan rintangan yang dihadapi
para mahasiswa dalam melakukan usaha usaha untuk menurunkan orde lama
pimpinan soekarno. Bahkan salah satu tokoh mahasiswa tahun 1966 yaitu
Soe Hok Gie yang hingga kini masih dianggap sebagai ‘aktivis paripurna’
atau aktivis yang secara kemampuan rasa, daya pikir dan intelektualnya
sangat baik , menuliskan satu kutipan yang sangat keras menentang orde
lama dalam buku hariannya yang telah dijadikan sebuah buku berjudul
‘Catatan Seorang Demonstran’ bahwa Soekarno, Hatta dan Sjahrir adalah
para pemimpin yang pantas dihukum gantung di lapangan Banteng. Terlepas
dari pemikiran seorang Soe Hok Gie, pernyataan tersebut mengindikasikan
bagaimana pemikiran mahasiswa pada saat itu tentang pemerintahan orde
lama yang dianggap sudah menyimpang dan itu pula yang melahirkan adanya
sebuah gerakan mahasiswa tahun 1966 yang dalam sejarah bangsa Indonesia
merupakan catatan sejarah pergerakan mahasiswa yang berhasil menurunkan
Presiden Republik ini yang pada kelanjutannya akan terjadi gerakan
mahasiswa yang berhasil menurunkan kepala Negara untuk kedua kalinya
pada tahun 1998 atau yang dikenal dengan Reformasi.
Demonstrasi pada zaman itu dikenal sebagai
salah satu alat perjuangan selain menggunakan media lain seperti mimbar
bebas , aksi strategis, ataupun audiensi yang juga sama pentingnya dalam
melakukan perubahan. Di Negeri ini mahasiswa dikenal sebagai sekumpulan
orang yang menjadi ujung tombak rakyat dalam mengawal pemerintahan ini
erat kaitannya dengan Tridharma Perguruan Tinggi yang pada intinya
menempatkan mahasiswa menjadi kelompok masyarakat yang terbuka dengan
masyarakat luas untuk berguna dan mencerdaskan masyarakat. Apapun
program studi yang dipelajari oleh seorang mahasiswa , apakah itu sebuah
ilmu praktis ataupun ilmu dasar , seluruh mahsiswa tetap mempunyai
kewajiban moral yang sama untuk menjadi orang terdepan yang
memperbaiki Negara ini dari segala bidang yang sesuai dengan
kemampuannya dan salah satunya menjadi ‘Wakil Rakyat’ dalam mengawal
pemerintahan. Karena pada hakikatnya pergerakan mahasiswa adalah sebuah
gerakan murni tanpa kepentingan golongan manapun , maka saat mahasiswa
bergerak maka kepentingan yang akan diperjuangkan adalah hak seluruh
rakyat, bukan segolongan masyarakat.
Tapi dewasa ini tidak dapat dipungikiri
bahwa gerakan mahasiswa mengalami degradasi kualitas , banyaknya
mahasiswa yang tidak meresapi Tridharma Perguruan Tinggi dan bersikap
‘masa bodoh’ terhadap realita yang sekarang ada dalam masyarakat dan
pemerintahan, membuat budaya mahasiswa yang kuat sebagai pemuda yang
cerdas dalam kepekaan dan daya intelektualnya membuat mahasiswa hari ini
tidak mempunyai jiwa mahasiswa yang sesungguhnya , hanya status formal
dan akademis yang membuat seseorang menjadi mahasiswa, bukan peran dan
jiwanya. Perlu ditekankan bahwa gerakan mahasiswa tidak hanya bergerak
dalam bidang sosial-politik, tetapi menyeluruhi seluruh bidang yang ada
dalam masyarakat seperti sosial, ekonomi, politik, pendidikan bahkan
budaya.Gerakan mahasiswa pun bukan hanya berbentuk demonstrasi yang
terkadang mendapat sedikit tanggapan miring dari beberapa golongan
masyarakat karena dianggap tidak jelas tujuannya dan menggangu
ketertiban tetapi juga kegiatan penggalangan dana, pengajaran di desa
desa terpencil dan masih banyak lagi yang pada intinya adalah pengabdian
kepada masyarakat, maka dari itu pergerakan mahasiswa dan mahasiswa
tidak bisa dipisahkan , karena pergerakan mahasiswa dan Tridharma
Perguruan Tinggi sebagai pedoman Mahasiswa pun saling terkait.
Dalam dunia pergerakan mahasiswa dalam
sejarah, Universitas Indonesia adalah sebuah Universitas yang dimana
mahasiswanya dikenal dan dikenang dalam sejarah sebagai ‘Singa
Pergerakan’. Ini bisa dilihat dalam catatan sejarah dalam peristiwa
pergerakan mahasiswa di tahun 1966 dan 1998 dimana mahasiswa berperan
penting dalam perjalanan perubahan pada masa orde lama menuju orde baru
dan orde baru menuju reformasi mahasiswa Universitas Indonesia menjadi
salah satu motor penggerak bagi gerakan mahasiswa seluruh Indonesia.
Dimana pada masa tersebut mahasiswa Universitas Indonesia sering
mengadakan diskusi diskusi tentang keadaan bangsa dan menunjukkan sikap
kritisnya. Jika 1966 dan 1998 menjadi tahun yang dianggap sebagai tahun
perubahan lewat gerakan mahasiswa , ada satu lagi peristiwa pergerakan
mahasiswa yang menjadi ‘titik kelam’ bagi pergerakan mahasiswa
Indonesia. Peritiwa tersebut bernama MALARI(Malapetaka Lima Belas
Januari) yang terjadi atas sebuah konspirasi yang pada akhirnya
memberikan label negatif pada mahasiswa Indonesia pada saat itu. Pada
peristiwa itu terjadi huru hara besar yang terjadi karena adanya oknum
oknum yang menyelinap masuk kedalam rombongan demonstran dan berbuat
rusuh dengan menggunakan ‘Jakun’ palsu yang dijatuhkan dari helikopter
dan memancing keributan yang akhirnya mengorbankan mahasiswa sebagai
‘kambing hitam’ dalam kejadian tersebut. Atas kejadian yang merugikan
banyak pedagang dan masyarakat tersebut, Hariman Siregar yang
merupakan mahasiswa FK-UI yang menjadi pimpinan aksi pada saat itu
dihukum penjara selama 6 tahun lamanya. Sebagaimana yang kita ketahui
bahwa pada saat itu pemerintahan orde baru sangat keras dalam menentang
berbagai pihak yang berusaha ‘mengorek’ kebobrokan pemerintahannya.
Pergerakan mahasiswa sebagai gerakan murni
bukannlah hal yang mudah untuk dijalani , bisa kita lihat dalam realita
hari ini bahwa seorang ‘mantan’ aktivis yang terjun kedalam dunia
politik pun bisa melakukan hal hal yang pada saat mahasiswa ia tentang
seperti korupsi , contoh terbaru dalam kasus seperti ini adalah kasus
korupsi yang dilakukan Anas Ubaningrum.
pengorbanan yang dilakukan oleh Hariman
Siregar dan mahasiswa yang terbunuh pada tahun 1998 pun merupakan suatu
kejadian yang bisa kita kaitkan dengan Puisi Karangan Bunga karya
Taufiq Ismail dari segi suasana dan pesan yang disampaikan.
Penjelasan mengenai pergerakan mahasiswa
sangat berkaitan erat dengan puisi ‘Karangan Bunga’ karya Taufiq ismail
yang jika ditelaah , adalah sebuah refleksi nilai mengenai perjuangan
mahasiswa untuk menjadikan Indonesia lebih baik sebuah rasa ‘senasib
seperjuangan’ yang ingin ditanamkan oleh Taufiq Ismail dan secara tidak
langsung mencitrakan bahwa masyarakat Indonesia sangat percaya dan
terbantu oleh adanya pergerakan mahasiswa pada saat itu. Penjelasan
mengenai pergerakan mahasiswa di atas adalah sebuah gambaran bahwa pada
hakikatnya mahasiswa yang bergerak didasari dan harus didasari atas nama
rakyat, sebuah rasa persatuan dan pesaudaraan sangat kental jika kita
telaah seluruh bagian puisi tersebut dan mungkin penggambaran keadaan
sosial masyarakat pada hari ini tidak seperti puisi tersebuat diciptakan
, masyarakat yang semakin individualis, ketimpangan kelas sosial yang
hari ini makin menggerogoti nilai nilai luhur asli Indonesia , yang hari
ini membuat tidak adanya lagi rasa persatuan sebagai sebuah bangsa
seutuhnya. cara masyarakatnya terlebih dikota kota besar hari ini
melihat sesuatu hal dengan pendekatan untung-rugi ,seluruhnya diukur
dengan , suatu penuruan nilai, norma dan cara pandang, Hari ini
masyarakat Indonesia ada dalam proses penurunan kualitas dimana
masyarakatnya hanya mementingkan dirinya sendiri , padahal sesungguhnya
jika masyarakat menengah keatas bisa membantu masyarakat menengah
kebawah maka masalah kemiskinan dan ketimpangan pendapatan dapat
diminimalisir dan semua orang akan merasa menjadi bagian yang sama
pentingnya untuk Negara ini.
sebuah karya adalah refleksi dari
kepribadian sang pencipta. Sama halnya dengan Karangan Bunga karya
Taufiq Ismail, yang isinya adalah curahan hati dari apa yang dirasakan
seorang Taufik Ismail dalam keadaan Indonesia, rakyatnya dan demonstrasi
mahasiswa pada tahun1966. Taufiq Ismail yang dikenal sebagai aktivis
dan sangat lekat dengan dunia kesusastraan dan sosial membuat karya
karyanya menjadi sebuah media kritik sosial dan penggambaran keadaan
sosial dari suatu masa saat karyanya diciptakan. Sebagai seorang
sastrawan yang juga mempunyai fungsi kritik sosial , Taufiq Ismail
adalah sebuah jaminan atas sebuah kritik sosial yang mendalam dan tepat
sasaran , beberapa puisinya pun menjadi sebuah ‘wejangan’ bagi
masyarakat Indonesia. Bukan hanya dalam segi politik tetapi juga dalam
segi sosial dan budaya. Taufiq Ismail membiarkan ‘rasanya’ bermain dalam
menciptakan sebuah karya dan membuka mata hatinya dalam melihat
fenomena fenomena masyarakat yang dapat dijadikan sebuah pelajaran dan
amanat yang baik bagi para pembacanya.
Puisi Karangan Bunga merupakan sebuah puisi
yang sangat menyentuh. Menggambarkan bagaimana perjuangan seorang
demonstran yang terus maju menerjang walaupun halangan dan rintangan
terus berkejaran mengincar jiwa mereka. Atas nama rakyat mereka bergerak
menuju perubahan dan risiko yang besar pun mengancam tanpa adanya
kepastian perubahan. dengan semangatnya para demonstran melakukan
pengorbanan yang tidak bisa dinilai dengan materi. Bagaimana sebuah
pengorbanan bagi Bangsa dan Negara adalah pengorbanan yang amat penting.
Dalam puisi ini pula masyarakat Indonesia digambarkan menjadi satu
kesatuan yang utuh , yang saat diamana ada satu bagian masyarakat
tersebut tersakiti maka seluruh masyarakat Indonesia pun merasakan
pedihnya. Menyadarkan kita bahwa harus ada yang kita lakukan sebagai
bentuk partisipasi kita untuk Negeri ini , sebuah rasa terimakasih atas
cakrawala nan indah, tanah yang luas dan air yang sejuk yang diberikan
Sang Pencipta pada kita dan menyadarkan kita bahwa betapa besarnya jasa
seorang pahlawan pada Negeri ini. sebuah perjuangan memang tidak
menjamin sebuah perubahan. Tetapi tanpa perjuangan maka tidak akan ada
perubahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar